1. Milano Siamo Noi
Dalam perjalanannya, derby yang sudah berumur lebih dari 100 tahun ini telah memunculkan banyak kejadian-kejadian menarik. Mulai dari perselisihan di tim nasional Italia hingga kerusuhan ketika pertandingan pernah menghiasi persaingan diantara kedua klub. But IMHO, yang paling membuat derby ini menarik adalah karena kedua tim sama-sama dua klub papan atas baik di Italia maupun Eropa. Banyak pemain-pemain hebat seperti Giussepe Meazza, Giacinto Fachetti, Franco Baresi, Paolo Maldini, Marco Van Basten, Lothar Matthaus, hingga Zlatan Ibrahimovic pernah berpartisipasi membela klubnya masing-masing.
Apabila hal tersebut masih kurang menarik perhatian anda, mungkin saya harus menjelaskan perihal stadion yang mereka gunakan. Baik si biru-hitam maupun si merah-hitam, sama-sama menggunakan stadion yang sama sebagai homebase mereka. Awalnya stadion milik AC Milan ini bernama Nuovo Stadio Calcistico San Siro, namun karena mereka mengalami kebangkrutan di tahun 1935, mereka terpaksa menjualnya ke pemerintah kota Milan. Di tahun 1947, Inter Milan menyewa stadion ini sebagai homebase. Semenjak itulah mereka saling berbagi dalam kebencian. Uniknya, meski nama stadion San Siro telah diubah sebagai stadion Giuseppe Meazza pada tahun 1980, para Milanisti lebih senang menyebutnya sebagai San Siro. Hal ini dikarenakan Giuseppe Meazza lebih identik sebagai legenda Inter. Hhhmmm, sampai sebegitunya ya persaingan diantara mereka?
2. I Rossoneri
Sebagai salah satu klub tersukses di dunia, mereka mengalami banyak sekali pasang surut. Mereka pernah terdegradasi ke Serie B, dua kali berpartisipasi dalam skandal pengaturan skor (Totonero dan Calciopoli), dan mengalami kebangkrutan. Beruntung, pada tahun 1986, Silvio Berlusconi membeli klub berkostum hitam-merah ini. Itulah awal tonggak kebangkitan Milan dalam menguasai sepakbola Italia dan Eropa. Hingga kini, il Diavolo telah menjuarai 18 kali Serie A, 5 kali Coppa Italia, dan 7 kali UEFA Champions League.
Prestasi diatas bukan didapatkan dengan sembarangan tentunya. Tanpa pemain-pemain hebat yang pernah mereka miliki, tidak mungkin mereka akan dapat meraih gelar sebanyak itu. Semua pasti tahu bagaimana hebatnya dream-team yang dimiliki oleh AC Milan di era 80an. Dengan trio Belanda (Marco Van Basten, Frank Rijkaard, dan Ruud Gullit) dan pelatih Arrigo Sacchi, mereka mengubah mata dunia bahwa tidak selamanya klub Italia akan bermain dengan catenaccio. Harus diakui, tanpa Milan, sepakbola modern tidak akan pernah sama.
3. I Nerazzurri
Satu hal yang unik dari tim ini adalah, meski AC Milan lebih dahulu lahir, namun justru merekalah yang dipinang oleh pemerintah sebagai klub kesayangan. Mereka pernah merger dengan sebuah klub bernama Unione Sportiva Milanese dan berganti nama menjadi Societa Sportiva Ambrosiana. Jersey merekapun diubah menyerupai bendera dan lambang kota Milan. Setelah perang dunia kedua, mereka memisahkan diri dan kembali menggunakan nama Internazionale Milano.
Di era 60an, mereka pernah menguasai Italia dan Eropa. Masa-masa itu dikelan dengan sebutan il Grande Inter. Pelatih Inter kala itu, Helenio Herrera, mengubah sistem catenaccio menjadi lebih mematikan dengan memasang libero di lini belakang. Oleh sebab itulah kita sekarang mengenal formasi 5-3-2. Hingga kini, Inter telah meraih 18 kali Scudetto, 7 kali Coppa Italia, dan 3 kali UEFA Champions League.
Alasan saya menjelaskan sejarah kedua klub secara panjang lebar adalah karena saya percaya, tanpa asal-usul mereka berdua, maka kita tidak akan pernah mengenal Derby Della Madonnina seperti yang kita kenal sekarang. Selalu ada alasan mengapa sebuah derby menjadi lebih dari sekedar derby. Dan sejarah kedua klub membuktikan bahwa mereka memang klub besar yang patut dihormati.
4. Viva La Revoluzione!
Namun hal yang berbeda terjadi di kota Milan. Kedua klub sama-sama baru mengalami sebuah revolusi tanpa pertumpahan darah. Dari kubu Inter, lebih dari 50% pemain yang dahulu merasakan manisnya menjuarai UEFA Champions League di tahun 2010 sudah tidak ada. Sedangkan dari kubu Milan, mereka baru saja melepas pemain-pemain senior semacam Clarence Seedorf, Alessandro Nesta, Fillipo Inzaghi, dan Gennaro Gattuso. Sekarang, mereka sama-sama diisi oleh muka-muka baru yang kebanyakan adalah pemain muda.
Memang revolusi mereka dilakukan tanpa pertumpahan darah, namun selalu ada saja harga yang harus dibayarkan. Hasilnya, performa mereka menjadi tidak konsisten di musim ini. Perbedaannya adalah Inter yang di awal musim cukup menjanjikan malah mengalami penurunan, sementara Milan yang di awal musim berada di papan bawah malah berhasil berada di atas posisi Inter dalam klasemen sementara.
5. El Sha vs JZ4
Sedangkan dari kubu Inter, Javier Zanetti sepertinya tidak pernah puas bermain sepakbola. Apabila ada pepatah yang mengatakan umur tidak bisa dibohongi, barangkali pemain seperti inilah yang dapat mematahkan pepatah resebut. Di umurnya yang selangkah lagi menyentuh kepala empat, ia tetap saja bermain luar biasa. Tak salah apabila ia dijuluki El Tractor melihat performanya yang sekuat kerbau ketika sedang membajak sawah.
Dalam pertandingan nanti, saya menilai kedua pemain ini akan menjadi kunci permainan kedua tim. Stephan El Shaarawy akan berada di ujung tombak sebagai tulang punggung tim untuk mencetak gol, sedangkan Zanetti dengan karismanya akan memimpin tim untuk dapat mengalahkan Milan. Pertanyaannya adalah apakah El Shaarawy mampu untuk mengalahkan Zanetti atau justru malah Zanetti yang akan membuat pemain berumur 20 tahun itu mati kutu. Patut untuk kita saksikan.
6. How Are You, Giampaolo and Antonio?
Yang menarik untuk diperhatikan adalah bagaimana kedua pemain tersebut akan bermain di laga nanti. Dapat dipastikan bahwa mereka akan bermain sangat ngotot untuk membuktikan bahwa mereka sekarang telah membela tim yang benar. Memang sebenarnya transfer kedua pemain ini tidak seheboh seperti pemain-pemain lainnya. Maklum, mereka berdua memang menjadi bahan barter ketika itu. Namun tetap saja baik Cassano ataupun Pazzini pasti memiliki motivasi berlebih dalam Derby nanti.
7. Mario Balotelli
Saya sangat senang menulis sesuatu tentang dirinya bukan karena saya menggemari tim tempat ia berada, namun saya selalu senang melihat perilakunya tak pernah habis membuat kita semua terkejut. Kepindahannya ke AC Milan pun tak lepas dari kontroversi. Maklum saja, sebelum pindah ke Manchester City, ia merupakan pemain Inter Milan. Ingatkah anda ketika masih berkostum Inter, ia malah berfoto dengan kostum il Diavolo? Saya tidak bisa membayangkan sambutan apa yang akan diberikan Interisti dalam pertandingan nanti. Namun yang jelas, sangat menarik untuk melihat apa sumbangsih yang dapat ia berikan kepada Milan. Melihat bahwa dalam beberapa pertandingan terakhir ia kerap menjadi pemain kunci, bukan tidak mungkin ia akan kembali menjadi pembeda dalam Derby Della Madonnina pertamanya dengan kostum merah-hitam.
8. Wait Till You See The Choreography
Terkhusus untuk beberapa derby, kita akan sering menyaksikan koreografi dari para supporter sebelum laga dimulai. Nah dalam Derby Della Madonnina, anda dipastikan akan melihat koreografi yang unik baik dari Interisti maupun Milanisti. Curva sud maupun curva nord akan saling bersaing untuk menyajikan koreografi yang terbaik. Pernah melihat koreo di Nou Camp yang memberikan pesan “this is Catalonia” ketika El Clasico? Maka yang akan anda saksikan tidak jauh berbeda dari hal tersebut. Mari kita berharap TV yang menayangkan mau sedikit berbaik hati untuk menayangkan koreo yang akan ada di pertandingan nanti.
9. Efek UEFA Champions League dan Europa League
Harus diakui, AC Milan memiliki sedikit keuntungan disini. Meski lawan yang mereka hadapi adalah Barcelona, mereka bermain pada hari kamis malam waktu setempat. Selain itu, mereka juga menghadapi Barca di San Siro yang berarti mereka tidak harus melakukan perjalanan jauh ke Spanyol. Berbeda dengan Inter Milan yang bermain pada hari jumat malam waktu setempat. Terlebih lagi mereka harus bertanding away ke Rumania. Hal-hal seperti inilah yang akan memberikan pengaruh terhadap performa, mental, maupun kondisi stamina para pemain.
10. What Do You Expect?
0 komentar:
Posting Komentar